Translate

Friday 29 January 2016

Laporan Kegiatan Industry



Laporan Kegiatan PKL Selama 1 Minggu Di Studio 8

     ( Studio 8 Bali Photography)
Jln.Raya Anggungan,Lukluk,Badung


                                                                                                            Tgl 25 - 29 Januari 2016
OM SWASTIASTU,

Saya , Dewa Ayu Cintya Udiyatmika akrab di panggil Cintya , saya siswi dari SMK PGRI 2 Badung ,kelas XI MM . Saya akan menceritakan beberapa kegiatan yang saya lakoni selama magang 1 minggu terakhir di Studio 8.

Pagi hari , sekitar jam 08.30 saya sudah berada di Studio , Studio 8 dibuka jam 09.00 dan saya beserta teman yang lain harus datang sebelum jam 09.00. Sesampainya saya di Studio, saya langsung bersih-bersih bersama teman yang lain. Setelah bersih-bersih kami santai sejenak sambil menunggu senior kami di Studio 8. Sekitar jam 11.00 siang , ada Client yang akan foto Pre Wedding di Studio tepatnya di halaman belakang , saya dan teman-teman ikut membantu Fotografer. Kami bukan memotret tapi kami jadi Asisten Fotografer tersebut. Saya di suruh merapikan gaun Client saat akan di foto agar terlihat rapi dan saya juga membantu  memayungi Client , karena pada saat itu hujan .Sekitar jam 01.30 kami menyelesaikan pemotretan. Dan kami istirahat sejenak . Sesudahnya Istirahat kami di beri tugas untuk menyiapkan Gaun yang akan di pakai Client esok harinya . Setelah menyiapkan Gaun, Studio kedatangan Client lagi yang akan foto di halaman belakang, saya dan teman-teman ikut membatu Fotografer yang bertugas. Tugas kami sama seperti sebelumnya , yaitu menjadi asisten Fotografer. Dan akhirnya pemotretan selesai sekitar jam 6.30. Kegiatan tersebut kami kerjakan 2 hari yaitu pada tgl 25-26 Januari.

Pada tgl 27-28 Januari, di pagi hari saya dan teman-teman selalu melakukan kewajiban di Studio, yaitu bersih-bersih ( nyapu dan ngepel ). Setelah selesai nyapu dan ngepel , kami duduk santai sambil internetan sembari menunggu senior kami. Setelah setengah jam kami menunggu senior kami, akhirnya Kak Lolo datang dan saya bersama teman yang lain di beri tugas untuk menyiapkan Gaun yang telah di pilih oleh Client Studio dan membersihkan Gaun yang akan di pakai. Setelah semua beres kami di beri istirahat sebentar dan sesudahnya istirahat , Studio kedatangan Client Cina yang akan Fitting baju , Saya dan Elisa membatu Bu Tamara dan Kak Iga untuk membatu Client yang wanita pada saat Fitting tersebut, sedang Gilang dan Kak Lolo membatu Client Pria pada saat Fitting baju . Setelah Client memilih Gaun yang akan di gunakan lalu saya membungkus Gaun tersebut dengan pembungkus Gaun. Setelah Client selesai Fitting baju dan mereka pulang , saya dan yg lainnya mengecek sekali lagi Gaun yang telah di pilih Client dan di taruh di tempatnya, setelah selesai semuanya, seluruh karyawan pulang dan saya bersama teman-teman pulang juga.

Esok harinya tgl 29 Januari, sama seperti hari-hari sebelumnya kami melakukan kewajiban (nyapu dan ngepel) setelah selesai , kami duduk santai sambil internetan, pada hari itu studio hanya ada job di luar , dan tidak ada Client yang Fitting baju hari tersebut. Saya,Elisa,Gilang dan Senior  yang lainnya santai-santai. Disitu kami cerita – cerita  banyak hal dengan senior dan menanyakan pengalaman yg pernah di dapati selama bekerja di Studio 8 tersebut. 




Inilah sebagian foto dari kegiatan saya dan rekan yang lain  


Sekian cerita pengalaman dan kegiatan yang saya dapati dan saya lakoni selama 1 minggu ini di Studio 8. Maaf jika ada kata-kata yang salah ataupun tidak dimengerti.

Terimakasih.

OM Santhi , Santhi , Santhi OM

Tuesday 10 March 2015

Pengertian dan Sejarah Fotografi


Fotografi atau dari bahasa Inggris: photography, berasal dari kata Yunani yaitu "photos": Cahaya, dan "Grafos": Melukis/menulis). Jadi fotografi adalah proses melukis dengan menggunakan media cahaya.

Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).

Sejarah fotografi

Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:

  • 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1]
  • 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama,[1] yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
  • 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
  • 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
  • 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
  • 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
  • 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
  • 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
  • 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
  • 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
  • 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
  • 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
  • 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
  • 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
  • 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
  • 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
  • 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
  • 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
  • 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
  • 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
  • 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
  • 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
  • 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
  • 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.
  • 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
  • 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
  • 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
  • 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
  • 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
  • 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
  • 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
  • 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
  • 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
  • 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
  • 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
  • 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
  • 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
  • 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
  • 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
  • 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
  • 1952 – Era 3-D film dimulai.
  • 1954 – Leica M diperkenalkan.
  • 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
  • 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). [2]
  • 1959 – Nikon F diperkenalkan.
  • 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
  • 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
  • 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
  • 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
  • 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
  • 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
  • 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
  • 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
  • 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
  • 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.



Sejarah Fotografi Indonesia

Fotografer Indonesia pertama adalah Kassian Cephas. Kassian Cephas (lahir di Kesultanan Yogyakarta, 15 Februari 1844 – meninggal di Yogyakarta, 16 November 1912 pada umur 68 tahun) dapat dianggap sebagai pelopor fotografi Indonesia. Ia adalah seorang pribumi yang kemudian diangkat anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.

Cephas lahir dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven. Cephas mulai belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar tahun 1863-1875. Tapi berita kematian Cephas pada tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.

Publikasi luas foto-foto Cephas dimulai pada tahun 1888 ketika ia membantu membuat foto-foto untuk buku karya Isaäc Groneman, seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang budaya Jawa, yang berjudul: In den Kedaton te Jogjakarta. Pada buku karya Groneman yang lain: De Garebeg's te Ngajogjakarta, karya-karya foto Cephas juga ada di situ.

Dengan kamera barunya yang bisa dipakai untuk membuat "photographe instanee", Cephas mulai menjual karya-karya fotonya. Sejak itu karya-karyanya mulai dikenal dan dipakai sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para masyarakat elit Belanda ketika mereka akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Misalnya ketika JM. Pijnaker Hordijk, pemilik sewa dan seorang Vrijmetselaar terkemuka akan meninggalkan Yogyakarta, ia diberi hadiah album indah berisi kompilasi karya-karya foto Cephas dengan cover indah yang dilukis oleh Cephas sendiri dan bertuliskan "Souvenir von Jogjakarta". Album-album semacam itu yang berisi foto-foto sultan dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti residen dan asisten residen. Keadaan seperti ini tentunya membuat Cephas dikenal luas masyarakat kelas tinggi, dan memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka.

Cephas mulai bekerja sebagai fotografer keraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengkubuwono VI. Karena kedekatannya dengan pihak keraton maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di keraton semisal tari-tarian untuk kepentingan buku karya Groneman.

Cephas juga membantu pemotretan untuk penelitian monumen kuno peninggalan zaman Hindu-Jawa yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan yang dilakukan oleh Archaeologische Vereeniging di Yogyakarta. Proyek ini berlangsung tahun 1889-1890. Dalam bekerja, Kassian Cephas banyak dibantu Sem, anak laki-lakinya yang paling tertarik pada dunia fotografi seperti ayahnya. Kassian Cephas memotret sementara Sem menggambar profil bangunannya.

Ia juga membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat Cephas untuk penggalian ini. Pemerintah Belanda mengalokasikan dana 9000 gulden untuk penelitian ini. Cephas dibayar 10 gulden per lembar fotonya. Cephas mengantongi 3000 gulden (sepertiga dari seluruh uang penelitian). Jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.

Cephas adalah pribumi satu-satunya yang berhasil menguasai alat peradaban modern, itu juga yang membuatnya diakui di kalangan golongan masyarakat kelas tinggi. Buktinya ia bisa menjadi anggota istimewa Perkumpulan Batavia yang terkenal itu. Tahun 1896 ia dinominasikan menjadi anggota KITLV (Lembaga Linguistik dan Antropologi Kerajaan) atas dedikasinya memotret untuk penelitian Archaeologiche Vereeniging. Ia benar-benar diterima menjadi anggota KITLV pada tanggal 15 Juni 1896. Ketika Raja Chulalongkorn dari Thailand berkunjung ke Yogyakarta tahun 1896, ia mendapat hadiah berupa tiga buah kancing permata. Bahkan Ratu Wilhelmina dari Belanda memberi penghargaan berupa medali emas Oranje-Nassau kepada Cephas pada tahun 1901.

Cephas sendiri sudah sejak tahun 1888 memulai prosedur untuk mendapatkan status "gelijkgesteld met Europeanen" atau "disetarakan dengan kaum Eropa" untuk dirinya sendiri dan anak-anak laki-lakinya: Sem dan Fares; suatu prosedur yang dimungkinkan oleh UU Kewarganegaraan Hindia Belanda pada masa itu.

Pustaka

Baris Waktu Kassian Cephas (Sumber: KNAAP, GERRIT (WITH A CONTRIBUTION BY YUDHI SOERJOATMODJO) Cephas, Yogyakarta. Photography in the service of the Sultan. . Leiden, KITLV Press, 1999)

15 januari 1845 Lahir di Yogyakarta, dari pasangan pribumi Kartrodono dan Minah

Menurut H.J. de Graaf, Cephas adalah keturunan biologis dari Frederik Bernard Franciscus Schalk, warga Belanda yang tinggal di Yogyakarta pada pertengahan abad ke-19. (De Graaf 1981:47)

27 Desember 1860 Usia 15 tahun, dibabtis di gereaja Bagelen- Purworejo dan melengkapi nama belakang keluarga menjadi Cephas; dari bahasa Aramic. Pada masa ini, ia mengabdi sebagai pembantu rumah tangga untuk Christina Petronella Steven (Mrs. Phillips-Steven) di Bagelen.

1860-an Kembali ke Yogyakarta

22 Januari 1886 Menikahi seorang wanita pemeleuk Kristen-Protestan pribumi, bernama Dina Rakijah di gereja Yogyakarta

1861-1871 Belajar fotografi dari Simon Willem Camerik, pelukis dan fotografer untuk sultan HB VI, Yogyakarta (Locomotief 13:29-8-1864)

1860-an Belajar fotografi pada Isidore van Kinsbergen, yang bekerja untuk mendokumentasikan barang antik penginggalan Hindu-Jawa antara tahun 1863 hingga 1875. (De Graaf, 1981:49)

1869 Berkenalan dengan Isaac Groenaman, seorang dokter. Groenaman diangkat menjadi dokter pribadi sultan tahun 1885.

1885 Bergabung di Vereeneging voor Oudheid-, Land-, Taal- en Volkenkunde te Jogjakarta. (Persatuan untuk Arkeologi, Geografi, Bahasa dan Etnograpfi Yogyakarta) yang didirikan oleh Isaac Groenaman.

28 Juni 1866 Lahir anak perempuan pertama Naomi. Pada November 1882, menikah pada Christiaan Beem. Tahun 1868, Lahir anak laki-laki kedua, Jacob dan meninggal pada tahun yang sama.

15 Maret 1870 Lahir anak laki-laki ke-tiga, Sem. Pada tahun berikutnya, mengikuti jejak ayahnya menjadi pelukis dan fotografer istana.

30 Januari 1881 Farez, lahir. Tahun selanjutnya, 4 Juli 1881 Josef, lahir.

1877 Mendirikan studio foto di Lodtji Kecil Wetan (sekarang jalan Mayor Suryotomo) disamping kali Code. Teknik fotografi yang digunakan adalah cetak carbon (carbon print) yang disebut pula Chromo Photographs. Diantaranya menerima foto portrait, jalan dan monumen, bangunan tua.

1884 Melalui artikel yang ditulis Isaac Groeneman di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, atau perhimpunan seni dan ilmu pengetahuan Batavia, memuat karya Kassian Cephas foto bangunan Taman Sari, sebagai fotografer bangsa pribumi (Jawa)

1871 Diangkat menjadi pelukis dan fotografer untuk sultan VI, Yogyakarta

1884 Masuk ke dalam team pemotretan istana air taman sari, untuk royal Batavian society of art and science. (karya pemotretan yg pertama)

1885 Isaac Groeneman membuat draft untuk buku berjudul In den Kedaton dan De garebeg’s te Ngajogyakarta, masing-masing memuat photograpm karya Cephas ke KITLV (Institut Kerajaan untuk Linguistik dan antropologi, yang kini berada di Leiden) di Hague Belanda.

1886 Membeli kamera paling canggih saat itu, “Photographie Instantee”. Tipe kamera seperti ini bisa merekam hingga kecepan 1/400 detik.

1888 Karya pertama yg dapat dilihat oleh publik, buku “ In den Kedaton te Jogjakarta “ oleh issac groneman. Buku itu berisi 16 karya collotype print yang memperlihatkan karya tari klasik Hindu-Jawa yang ditarikan oleh bangsawan keraton di kesultanan Yogyakarta, pada saat pemerintahan Sultan HB VII. Tahun ini pula, Cephas mengajukan prosedur naturlisasi derajat sosialnya, disejajarkan dengan bangsa eropa, yang disebut gelijkteld met Europeanen, untuk Cephas sendiri, Sem dan Fares anaknya.

1890 Groeneman mempublikasikan tulisan dan gambar littograph yang berasal dari foto Cephas, tentang tarian Hindu-Jawa. Tarian ini dilaksanakan pada saat perayaan penobatan Patih, Kanjeng Raden Adipati Danureja V, bulan Agustus 1888.

1889 Perayaan upacara sunatan pangeran Gusti Raden Mas Akhadiyat atau Hamengkunegara I. Cephas mengambil beberapa gambar tarian Hindu-Jawa, namun karyanya tidak pernah dipublikasikan pada saat itu.

1889-1890 Masa-masa paling sibuk bagi Cephas. Dalam rangkaian pengambilan gambar untuk Perhimpunan Arkeologo Yogyakarya, dalam rangka sebagai bahan studi dan pelestarian. Diantaranya monumen, candi Loro Jonggrang, di kompleks Candi Prambanan. 1890, pemerintah Hindia-Belanda, menyediakan dana sebesar f. 3.000 untuk proyek dokumentasi ini. Kassian Cephas melakukan pemotretan dari tahun 1889 hingga 1890, sedangkan anaknya, Sem Cephas menggambar letak ruang kompleks candi. 1891, Isaac Groenaman, mengirimkan karya Cephas ke KITLV di Hague, untuk bahan publikasi, kemudian terbit tahun 1893, terdiri dari 62 Callotype.

1890-1891 Cephas memotret bagian dasar candi Borobudur hingga mendapatkan 164 foto, terdiri dari 160 relief dan 4 foto yang memperlihatkan keseluruhan struktur bangunan. Untuk proyek ini, Cephas memperhitungkan, akan membutuhkan 300 foto untuk memotret keselurhan candi. Karena menggunakan teknik rekam dry plate gelatin, maka dibutuhkan waktu setengah jam untuk setiap kali pemotretan, hingga total keselurhan waktu yang dibutuhkan adalah 150 jam, atau 30 hari pengerjaan, untuk setiap lima jam setiap harinya.

1899 Proyek terakhir bersama Groeneman, mendokumentasikan pada penampilan panggung tari klasik, yang membutuhkan waktu empat hari di keraton. Sendra tari ini berdasarkan karya Gusti Pangeran Harya Surya Mataram, kakak dari HB VII. Lebih dari 150 orang terlibat dan persiapannya membutuhkan waktu setengah tahun, dan menghabiskan biaya f.30,000. Pada saat pementasan, dihadiri lebih dari 36.000 penonton. Peliputan lengkap ini, meliputi sembilan buku dengan teknik proses blok print karya fotografi Cephas, dipublikasikan di Semarang. Tahun 1902, buku ini dipesembahkan sebagai hadiah perkawinan ratu Welhelmina dan pangeran Frederik.

Pada tahun yang sama, mendapatkan anugerah “Orange-Nassau” bersama Isaac Groneman atas hasil karyanya melakukan pemotretan budaya dan antropologi Jawa.

1902 Membuat beberapa foto dokumentasi untuk upacara Wayang Beber, di kampung Gelaran Gunung Kidul.

1903 Cephas pensiun dan menjadi abdi dalem di keraton sebagai mediasi untuk pengiriman pesan surat. Aktivitas memotret dilanjutkan oleh Sem

16 Nopember 1911 Istri Kassian Cephas, Dina meninggal dunia dan karena sakit berkepanjangan, tanggal 16 November 1912 (usia 67) Kassian Cephas tutup usia. Tahun 1918, Sem Cephas meninggal dunia karena terjatuh dari kuda.

Tuesday 24 February 2015

12 prinsip animasi

12 Prinsip Animasi



     Pengertian
12 prinsip animasi adalah 12 prinsip yang digunakan oleh seorang animator untui mengetahui dan memahami bagaimana sebuah animasi dibuat sehingga menghasilkan animasi yang menarik, dinamis dan tidak membosankan.
    Perumusan 12 prinsip animasi (siapa dan kapan)
Tokoh yang merumuskan 12 prinsip animasi adalah Thomas dan Ollie Johnston. 12 prinsip animasiini pertama kali dikenakan pada tahun 1981 lewat buku mereka The Illusion of Life : Disney Animation.
    Alasan pentingnya 12 prinsip dasar animasi
12 prinsip animasi ini harus dipenuhi agar animasi yang dibuat terlihat lebih ‘hidup’ dan menarik sehingga animasi yang dihasilkan tidak membosankan.
   Prinsip squash and stretch
Squash and strecth adalah upaya penambahan efek lentur (plastis) pada objek atau figur sehingga -seolah-olah ‘memuai’ atau ‘menyusut’ sehingga memberikan efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash and stretch pada figur atau benda hidup (misal: manusia, binatang, creatures) akan memberikan ‘enhancement’ sekaligus efek dinamis terhadap gerakan/ action tertentu, sementara pada benda mati (misal: gelas, meja, botol) penerapan squash and stretch akan membuat mereka (benda-benda mati tersebut) tampak atau berlaku seperti benda hidup.
Contoh pada benda mati: Ketika sebuah bola dilemparkan. Pada saat bola menyentuh tanah maka dibuat seolah-olah bola yang semula bentuknya bulat sempurna menjadi sedikit lonjong horizontal, meskipun nyatanya keadaan bola tidak selalu demikian.Hal ini memberikan efek pergerakan yang lebih dinamis dan ‘hidup’.
Contoh pada benda hidup: Sinergi bisep dan trisep pada manusia. Pada saat lengan ditarik (seperti gerakan mengangkat barbel) maka akan terjadi kontraksi pada otot bisep sehingga nampak ‘memuai’, hal inilah yang disebut squash pada animasi. Sedangkan stretch nampak ketika dilakukan gerakan sebaliknya (seperti gerakan menurunkan lengan), bisep akan nampak ‘menyusut’.


     Prinsip anticipation
Anticipation boleh juga dianggap sebagai persiapan/awalan gerak atau ancang-ancang. Seseorang yang bangkit dari duduk harus membungkukkan badannya terlebih dahulu sebelum benar-benar berdiri. Pada gerakan melompat, seseorang yang tadinya berdiri harus ada gerakan ‘membungkuk’ terlebih dulu sebelum akhirnya melompat.

     Prinsip staging
Staging dalam animasi meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. Biasanya berkaitan dengan posisi kamera pengambilan gambar. Posisi kamera bawah membuat karakter terlihat besar dan menakutkan, kamera atas membuat karakter tampak kecil dan bingung sedangkan posisi kamera samping membuat karakter tampak lebih dinamis dan menarik.




7                Prinsip straight ahead and pose to pose
a. Prinsip Straight Ahead
Dari sisi resource dan pengerjaan, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk membuat animasi. Yang pertama adalah Straight Ahead Action, yaitu membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar satu per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai seorang diri. Teknik ini memiliki kelebihan: kualitas gambar yang konsisten karena dikerjakan oleh satu orang saja. Tetapi memiliki kekurangan yaitu waktu pengerjaan yang lama.



b. Prinsip Pose to Pose
Prinsip Pose to Pose, yaitu pembuatan animasi oleh seorang animator dengan cara menggambar hanya pada keyframe-keyframe tertentu saja, selanjutnya in-between atau interval antar keyframe digambar/dilanjutkan oleh asisten/animator lain. Cara kedua ini memiliki waktu pengerjaan lebih cepat karena melibatkan lebih banyak sumber daya sehingga lebih cocok diterapkan pada industri animasi.
Prinsip follow through and overlapping action
Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Misalnya, rambut yang tetap bergerak sesaat setelah melompat. Overlapping action secara mudah bisa dianggap sebagai gerakan saling-silang. Maksudnya, adalah serangkaian gerakan yang saling mendahului (overlapping). Contoh : Kelinci yang melompat. Sesaat setelah melompat telinganya masih bergerak-gerak meskipun gerakan utama melompat telah dilakukan.





9                Prinsip slow in and slow out
Slow In dan Slow Out menegaskan bahwa setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda-beda. Slow in terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan yang relatif cepat kemudian melambat.
Contoh Slow In :


Contoh Slow Out :


Contoh slow in dan slow out :
10)  Prinsip archs
Pada animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia, binatang, atau makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola/jalur (maya) yang disebut Arcs. Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara ‘smooth’ dan lebih realistik, karena pergerakan mereka mengikuti suatu pola yang berbentuk lengkung (termasuk lingkaran, elips, atau parabola). Sebagai contoh, Arcs ditunjukkan pada lintasan tangan saat melempar bola dan lintasan gerak bola di udara.

11)  Prinsip secondary action
Secondary action adalah gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih realistik. Secondary action tidak dimaksudkan untuk menjadi ‘pusat perhatian’ sehingga mengaburkan atau mengalihkan perhatian dari gerakan utama. Kemunculannya lebih berfungsi memberikan emphasize untuk memperkuat gerakan utama.
Contoh 1: Ketika seseorang sedang berlari, gerakan utamanya tentu adalah melangkahkan kaki sebagaimana berjalan seharusnya. Namun sambil berlari ‘seorang’ figur atau karakter animasi dapat sambil mengayun-ayunkan tangannya. Gerakan mengayun-ayunkan tangan inilah yang disebut secondary action untuk gerakan berlari.


12)  Prinsip timing
Timing adalah prinsip terpenting di dalam animasi. Timing menentukan berapa gambar yang harus kita buat di antara 2 pose atau yang biasa kita sebut dengan istilah in-between. Prinsipnya, semakin banyak inbetween, berarti durasi semakin lama sehingga action yang sedang dilakukan pun akan semakin panjang juga. Oleh karena itu, timing chart yang pas akan merepresentasikan persepsi dari action yang pas.
Grim Natwick, seorang animator Disney pernah berkata, “Animasi adalah tentang timing dan spacing”. Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak.
Contoh :

13)  Prinsip exaggeration
Exaggeration adalah upaya untuk mendramatisir sebuah animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis. Dibuat untuk menampilkan ekstrimitas ekspresi tertentu, dan lazimnya dibuat secara komedik. Banyak dijumpai di film-film animasi sejenis Tom & Jerry, Donald Duck, Doraemon dan sebagainya.
Contoh:
1)      Bola mata Tom yang ‘melotot’ keluar

2)      Air mata Nobita yang mengalir seperti air terjun ketika menangis.
14)  Prinsip solid drawing
Solid Drawing adalah kemampuan untuk menggambar karakter dalam berbagai angle sehingga karakter tersebut terlihat 3D dan konsisten dalam setiap frame animasi.Segala atribut seperti mata, pakaian, aksesoris, dan apapun yang menempel dengan si karakter tetap konsisten letak dan bentuknya.
Menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan yang signifikan dalam menentukan -baik proses maupun hasil- sebuah animasi, terutama animasi klasik. Seorang animator harus memiliki kepekaan terhadap anatomi, komposisi, berat, keseimbangan, pencahayaan, dan sebagainya yang dapat dilatih melalui serangkaian observasi dan pengamatan, dimana dalam observasi itu salah satu yang harus dilakukan adalah: menggambar.
Meskipun kini peran gambar -yang dihasilkan sketsa manual- sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan pemahaman dasar dari prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan animasi yang lebih ‘peka’.

Contoh: penggambaran bugs bunny


15)  Prinsip appeal
Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi. Sebagaimana gambar yang telah menelurkan banyak gaya, animasi (dan ber-animasi) juga memiliki gaya yang sangat beragam. Sebagai contoh, anda tentu bisa mengidentifikasi gaya animasi buatan Jepang dengan hanya melihatnya sekilas. Anda juga bisa melihat ke-khas-an animasi buatan Disney atau Dreamworks. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya tertentu.
Ada juga yang berpendapat bahwa appeal adalah tentang penokohan, berkorelasi dengan ‘kharisma’ seorang tokoh atau karakter dalam animasi. Sehingga visualisasi animasi yang ada bisa mewakili karakter/sifat yang dimilkiki.





Review film animasi 2D “Lion King”
Prinsip animasi yang digunakan pada film animasi Lion King adalah :
1.    Squash and stretch (efek lentur)
Pada gambar diatas, menggunakan efek mengembang pada dada ketika dia tertawa, sekaligus menggunakan efek lentur pada badan simba ketika terkena siku temannya
2.    Anticipation atau gerakan beraturan
Adalah gerakan ancang ancang. Seperti pada gambar diatas, sebelum berjalan maka paman simba mengankat kakinya terlebih dahulu
3.    Staging
Adalah tentang penataan kamera
Ketika kamera diletakkan di depan (short) maka bagian yang paling dekat dengan kamera akan semakin besar, dalam hal ini adalah tangan mama simba
4.    Straight Ahead and Pose to Pose
Kedua teknik ini lebih pada teknik dalam pembuatan gambar, bukan pada action atau gerakan pada filmnya.
5.    Follow Through And Overlapping Action
Rambut simba yang masih bergerak-gerak saat setelah simba (dewasa) melakukan lompatan. Dan juga rambut mufasa (ayah simba) yang juga bergerak-gerak saat setelah melakukan lompatan.


6.    Slow in dan slow out
Ini adalah adegan mufasa saat jatuh. Pergerakan bagian ini menggunakan prinsip slow in dan slow out
7.    Arcs, ini merupakan gerakan melengkung atau elisp yang kita dapat temukan pada adegan seperti di bawah ini
8.    Secondary action
Ketika simba atau mufasa berjalan, gerakan utamanya adalah melangkahkan kaki, sedangkan secondary actionnya adalah ekornya yang ikut bergoyang-goyang.
9.    Timing
Karena Timing berarti menentukan pada detik keberapa sebuah objek / karakter berjalan sampai ke tujuan / berhenti, saya pikir semua bagian animasi akan memiliki prinsip ini. Salah satu contoh adalah waktu yang sedikit lama digunakan dalam adegan dibawah ini
Yaitu ketika simba kembali ke wilayahnya melewati gurun pasir
10. Exaggeration
Exaggretaion atau upaya untuk mendramatisir sebuah animasi, seperti pada gambar di bawah ini..
Ini adalah adegan ketika nala ingin memakan pambaa, karena dia (seperti yang ada pada gambar)  merasakan takut, maka matanya melotot rambutnya berdiri semua, dan lidahnya menjulur keluar.

11. Solid drawing
Prinsip ini mempelajari tentang pembuatan gambar yang konsisten entah untuk proporsi tubuhnya ataupun asesoris yang menempel di tubuhnya, seperti terlihat pada gambar di bawah ini
Gambar di atas adalah gambar paman simba (uncle sun?) ketika simba masih kecil

dan ini adalah gambar paman simba ketika simba sudah dewasa. Di mana letak konsistennya? Coba lihat pada mata sebelah kiri paman simba. Sejak simba masih kecil hingga ia dewasa, pamannya masih memiliki itu. Hal inilah yang menjadi prinsip konsistensi atau yg sering disebut dengan solid drawing
12. Appeal
Appeal. Kita bisa melihat style animasi cukup dengan melihatnya beberapa saat. Hal ini karena mereka memiliki Appeal (Daya Tarik) tersendiri dalam pembuatan karakter animasi.

Ketika seseorang melihat karakter lion king misalnya saja mufasa atau simba, seseorang tersebut tau bahwa singa tersebut karakter film lion king karena memiliki cirri khas. Ya pastilah bias membadakan karakter singa mufasa atau simba dari film lion king atau karakter singa diego dari film madagaskar.